Rabu, 28 November 2012

DAKWAH KEPADA TAUHID

Pada masa ini, kita dapati kaum muslimin berada dalam kelemahan dari berbagai aspek, baik dalam ekonomi, social, maupun bidang – bidang lainnya. Sebagian kaum muslimin yang mempunyai semangat untuk memperbaiki keadaan ini pun berusaha untuk berpikir sebuah solusi yang ditempuh supaya kaum musliminkembali kepada kejayaan seperti pada zaman keemasannya dahulu. Dari sini, dikemukakanlah berbagai pendapat dan dilakukanlah bermacam – macam cara. Sebagian muslim berpendapat bahwa akar permasalahan ini adalah kemiskinan. Jadilah, solusi yang ditempuh dengan menggalang dana dan membangun kekuatan yang financial sebesar – sebesarnya. Mereka berdakwah dengan memfokuskan diri supaya perekonimian kaum muslimin menjadi kuat. Yang lain berpendapat bahwa perubahan baru akan terwujud melalui kekuasaan , yaitu ketika kaum muslimin menguasai parlemen sehingga dapat menerapkan syariat islam di masyarakat. Kaum muslimin yang lain mengajak untuk melakukan sholat, membaca Al-Qur’an, dan sebagainya, namun tidak menyinggung oerbaikan dalam hal keyakinan dan akidah. Mereka menganggap pembahasan akidah justru akan memecah belah umat dan memperkeruh keadaan. Manakah jalan dakwah yang benar? Tentu perlu ditimbang kebenarannya, apakah sesuai dengan Al-Qur’an, sesuai dengan bimbingan Rasulullah SAW.
Kita perlu meyakini bahwa Islam adalah agama yang sempurna dari segala sisinya. Baik masalah yang menurut mayoritas manusia sepele maupun masalah yang besar dan agung telah diatur di dalam islam. Maka, permasalahan dakwah, memperbaiki manusia di segala aspek kehidupannya-yang merupakan amalan agung dan ibadah yang besar- tentu telah diatur. Bagaimana tidak? Amalan ini adalah tugas utama para Nabi dan Rasul serta orang yang mengikuti merka. Maka dari sinilah hendaknya kita mencontoh mereka. Lalu, bagaimanakah cara yang mereka tempuh dalam berdkwah kepada kaumnya? Apakah materi pertama yang didakwahkan?. Hal pertama dan utama yang didakwahkan oleh Rasulullah SAW adalah tauhid. Apakah tauhid?. Nah, tauhid adalah pengesaan Allah SWT dalam hal yang khusus bagi Allah SWT. Hal – hal khusus ini mencakup dalam hal rububiyah (meyakini bahwasanya Allah SWT. Satu – satunya Dzat yang mengatur alam, memberi rezeki, menciptakan, pemilik kerajaan langit dan bumi), uluhiyah (mengesakan Allah SWT. Dalam hal peribadahan), dan asma’ wash shifat (nama-nama serta sifat Allah SWT yang sempurna). Pengesaan ketiga hal ini harus diyakini setiap muslim. Barangsiapa tidak meyakini salahstunya, maka dia telah berbuat syirik yang mengakibatkan dirinya keluar dari islam. Dakwah semua para Nabi sebelum Rasulullah SAW juga berporos pada tauhid ini. Allah SWT. Telah menyebutkan dalam Al-Qur’an tentang hal ini dalam kitab-Nya: “Dan tidaklah kami utus sebelummu (wahai Muhammad) seorang Rasul pun, kecuali kami wahyukan kepadanya bahwa tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi kecuali Aku, maka beribadahlah kalian hanya kepada-Ku.” (Q.S. Al Anbiya’t:25). 

Allah SWT juga berfirman: “Dan tidaklah Kami telah mengutus seorang Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan), ‘Sembahlah Allah saja, dan jauhilah Thaghut (segala yang diibadhi selain Allah).” (Q.S. An Nahl:36). Lihatlah bagaimana seruan para Rasul ini. Dakwah mereka pertama kali adalah masalah tauhid, mengesakan Allah dalam ibadah, sekaligus melarang kesyirikan. Ayat yang semakna dengan dua ayat di atas sangat banyak yang menunjukkan pentingnya masalah tauhid. Tauhid juga merupakan pondasi bagi seluruh amal perbuatan seorang hamba. Diterima atau ditolaknya suatu amalan tidak akan lepas dari baik dan benarnya tauhid seseorang. Baik sebuah rumah, kokoh tidaknya suatu bangunan dipengaruhi dengan kekuatan pondasinya. Maka, baik buruknya agama seseorangpun dipengruhi tauhid orang tersebut. Senada dengan perintah Al-Qur’an berdakwhj kepada tauhid adalah bimbingan Rasulullah kepada para sahabat beliau yang diutus sebagai da’I ke seluruh penjuru negeri, salah satunya adalah bimbingabn Rasulullah SAW kepada para sahabat beliau yang diutus sebagai da’I ke selurh penjuru negeri, salah satunya adalah Muadz bin Jabal r.a. Tatkala beliau SAW. Mengutusnya untuk menjadi da’I di negeri Yaman, Ra.a tesulullah SAW bersabda membimbing Muadz r.a. tentang apa yang seharusnya didakwhkan pertama kali: “Sesungguhnya engkau akan mendatangi suatu kaum dari kalangan ahlul kitab (kaum Nasrani) maka ajaklah mereka kepada persaksian laa ilaahaillallah dan aku ini Rasulullah.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar